Jumat, 09 Mei 2008

Artikel Pendidikan


SIFAT – SIFAT UTAMA PENDIDIK DALAM AL-QUR'AN

A. Pendahuluan

Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk menjamin kelangsungan dan perkembangan kehidupan bangsa yang bersangkutan. Berkaitan dengan hal ini, pendidikan harus mampu menyiapkan warga negara agar mampu menghadapi tantangan masa depannya. Jadi tidak salah apabila ada dikatakan: "cerah tidaknya masa depan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri". Oleh karena itu, pendidikan yang baiklah yang mampu menciptakan kemajuan peradaban suatu bangsa.

Dalam rangka mencapai pendidikan yang berkualitas (quality education), salah satu faktor penentunya adalah pelaksana pendidikan itu sendiri yaitu guru atau pendidik. Guru (baca: Pendidik) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Oleh karena itu sudah seharusnya ia mengetahui kewajibannya sebagai pendidik, memiliki kemampuan-kemampuan dan kompetensi-kompetensi seorang pendidik serta melengkapi diri dengan sifat-sifat utama yang sesuai dengan posisinya sebagai pendidik.

Segala upaya telah dilakukan Pemerintah sejak zaman awal kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, Zama Reformasi sampai masa Pasca Reformasi sekarang ini untuk memajukan pendidikan di negara kita. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan juga secara terus menerus melakukan usaha peningkatan kualitas Pendidik (guru) dan pengembangan serta penyempurnaan kurikulum. Dalam sejarah pendidikan kita, kurikulum tealah berkali-kali mengalami perubahan dan penyempurnaan. Mulai dari kurikulum 1962 sampai kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan yang terakhir yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam bidang tenaga pendidikan, telah dilakukannya penataran-penataran, seminar, diklat, workshop dan program beasiswa untuk kelanjutan pendidikan dari Pendidik (guru). Semua itu dilakukan dalam rangka kemajuan dunia pendidikan kita. Sehingga terciptalah manusia-manusia Indonesia yang cerdas, beriman dan berakhlak yang mampu berperan aktif dalam pembangunan nasional bangsa Indonesia.

Manusia cerdas yang didambakan di sini adalah manusia selain memiliki kecerdasan, ia juga beriman dan berakhlak mulia. Dalam rangka mendukung upaya tersebut, kita kembali kepada prinsip dan nilai-nilai yang kita jadikan pedoman dalam hidup kita yaitu agama (Islam). Sebagai agama yang universal, Islam telah meletakkan prinsip dan metode dalam mengembangkan kepribadian anak, baik dalam aspek akidah, akhlak, fisik, mental, spritual, maupun sosial. Prinsip dan metode tersebut seperti kita lihat adalah merupakan prinsip-prinsip yang jelas, mudah dilaksanakan, dan bertujuan baik. Jika para pendidik menggunakannya dalam membangun sebuah generasi, mendidik masyarakat dan bangsa, maka generasi baru akan tumbuh menjadi generasi yang tidak seperti sebelumnya. Mereka akan mencapai kekuatan akidah, keluhuran akhlak, kekuatan jasmani, dan kematangan akal. Dengan demikian, kejayaan dan kemuliaan orang-orang terdahulu akan kembali, dan sejarah kebesaran nenek moyang kita yang saleh akan terulang.

Oleh karena itu berikut ini akan kita kaji sifat-sifat utama yang harus dimiliki pendidik, sehingga mampu melaksanakan proses pendidikan yang ber bekas yang dalam diri anak, dan mendapatkan tanggapan positif dari mereka yang pada gilirannya anak menerapkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.

B. Tiga Sifat - sifat Utama yang Harus Dimiliki Pendidik dalam Al-Qur'an

Ada beberapa sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, tetapi pada tulisan ini hanya akan dibahas 3 di antara sifat utama pendidik tersebut. Sifat-sifat utama tersebut diantaranya :

1. Ikhlas

Keikhlasan seorang pendidik di dalam pekerjaannya, merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya tugas mendidik dan sukses pula peserta didiknya. Pendidik hendaknya mencanangkan niatnya semata-mata untuk Allah dalam seluruh pekerjaan edukatifnya, baik berupa perintah, larangan, nasehat, pengawasan, atau hukuman. Kecuali akan mendapat pahala dan keridaan Allah, sebagai buah yang dihasilkannya adalah pelaksanaan terhadap sebuah metode pendidikan secara langgeng dan pengawasan terhadap anak didik yang terus menerus. Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan adalah termasuk pondasi iman dan merupakan keharusan dalam Islam. Allah tidak akan menerima suatu amal perbuatan tanpa dikerjakan secara ikhlas. Perintah untuk ikhlas, tercantum dalam Al-Qur'an Al-Bayyinah ayat 5)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

“ …Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi: 110)

Oleh karena itu, seorang pendidik hendaklah memurnikan niat dan bermaksud mendapatkan keridaan Allah swt. dalam setiap amal perbuatan yang dikerjakan, agar diterima oleh Allah, dicintai anak-anak dan muridnya. Hal ini bisa diupayakan dengan meyakinkan pada diri pendidik bahwa mendidik merupaka tugas mulia yang memerlukan semangat dalam rangka melaksanakan salah satu kewajiban sebagai 'abid kepada Allah swt.

2. Ilmu

Sudah merupakan keharusan yang tidak ada seorangpun yang mengingkarinya, bahwa pendidik harus memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dasar pendidikan yang dibawa oleh syariat Islam, menguasai hukum-hukum halal dan haram, mengetahui prinsip-prinsip etika Islam, memahami secara global peraturan-peraturan Islam dan kaidah-kaidah syariat Islam. Karena dengan mengetahui semua itu, pendidik akan menjadi seorang alim yang bijak, meletakkan segala sesuatu pada tempat yang sebenarnya, mendidik anak pada pokok-pokok dan persyaratannya, mendidik dan memperbaiki dengan berpijak pada dasar-dasar kokoh dari ajaran-ajaran Al-Qur'an, petunjuk Muhammad saw., teladan yang baik dari para sahabat Rasulullah saw. dan orang-orang yang mengikutinya secara baik.

Sedangkan jika pendidik tidak mengetahui semua itu, lebih-lebih tentang konsep-konsep dasar kependidikan anak, maka anak akan dilanda kemelut spritual, moral dan sosial. Anak akan menjadi manusia yang tidak berharga dan dipertimbangkan eksistensinya dalam semua aspek kehidupan. Sebab, orang yang tidak mempunyai sesuatu, bagaimana ia akan memberi sesuatu kepada orang lain? Bagaimana mungkin lampu tak berminyak akan menerangi sekitarnya? Betapa banyak orang tua berbuat aniaya terhadap anak-anaknya karena mereka kosong dari pengetahuan pokok-pokok pendidikan? Betapa banyak anak terjerumus ke dalam kesengsaraan karena pendidik tidak mengetahui ilmu syariat?

Tidak diragukan, bahwa tanggung jawabnya adalah besar sekali di hadapan Allah SWT, pada hari ketika harta benda dan anak-anak tidak dapat menolong. Sebagaimana disebutkan dalam al-Quran surat ash-Shaffat ayat 24.

“Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya.” (QS. Ash-Shaffaat: 24)

Karenanya, syariat Islam memberikan perhatian sangat besar terhadap ilmu pengetahuan, sebesar perhatian dalam pembentukan sikap ilmiah. Banyak ayat dan hadits yang memerintah kaum muslimin untuk mencari ilmu. Di antaranya seperti tersebut di bawah ini:

“Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu pengetahuan) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu pengetahuan)?” (QS. Az-Zumar: 9)

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah:11)

“Dan katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaha: 114)

Dan hadits di bawah ini:

طلب العلم فريضة على كلّ مسلم. (رواه ابن ماجه)

“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Setelah mendapatkan arahan ayat Al-Qur'an tersebut, sebagai seorang pendidik hendaknya membekali dirinya dengan segala ilmu pengetahuan yang bermanfaat dengan metode-metode pendidikan yang sesuai, untuk mendidik generasi muslim. Dan dengan kesungguhan serta keteguhan tekadnya, akan merealisasikan kemuliaan Islam, sehingga daulah Islam berdiri dengan kokoh.

3. Sabar

Termasuk sifat mendasar yang dapat menolong keberhasilan pendidik dalam tugas pendidikan dan tanggung jawab pembentukan dan perbaikan, adalah sifat sabar, yang dengan sifat itu anak akan tertarik kepada pendidiknya. Dengan kesabaran pendidik, sang anak akan berhias dengan akhlak yang terpuji, dan terjauh dari perangai tercela. Ia akan menjadi malaikat dalam ujud manusia. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian besar kepada sifat sabar ini, menganjurkan untuk mendapatkan sifat itu di dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi, agar orang-orang –khususnya pendidik dan juru dakwah mengetahui bahwa kesabaran merupakan keutamaan spritual dan moral yang paling besar, yang mengantarkan manusia ke puncak keluhuran akhlak. Sebagian dari ayat-ayat itu adalah seperti tersebut di bawah ini:

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)

“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raaf: 199)

Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syuraa: 43)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34)

Pendidik hendaknya menghiasi dirinya dengan kesabaran, kelemahlembutan dan ketabahan, jika dalam upaya mendidik umatnya menginginkan kebaikan dan perbaikan, petunjuk bagi generasi muslim dan perbaikan anak-anaknya. Ini tidak berarti bahwa pendidik selamanya harus berlemah lembut dan sabar dalam mendidik anak. Tetapi dimaksudkan agar pendidik menahan dirinya ketika hendak makan, tidak emosi ketika meluruskan kebengkokan anaknya, dan memperbaiki akhlaknya. Jika memang ia melihat kemashlahatan dalam memberi hukuman kepada anak dengan kecaman atau pukulan misalnya, hendaklah ia jangan ragu-ragu mengeluarkan hukuman itu. Sehingga anak menjadi baik kembali menjadi lurus akhlaknya. Jika ia dapat bertindak dengan bijaksana, maka ia akan mendapatkan keuntungan yang besar.

C. Penutup

Mendidik merupakan tugas yang sangat mulia, di dalamnya diperlukan sifat-sita dan kemampuan-kemapuan diri seorang pendidik, baik sebagai pribadi pendidik maupun kecakapan dalam menyampaikan pendidikannya. Keberhasilan dalam mendidik sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang kita laksanakan yang di dalamnya termasuk bekal sifat-sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pendidik tersebut . Dengan dimilikinya sifat-sifat tersebut maka pembelajaran (tranformasi pengetahuan, ilmu, nilai-nilai) yang kita lakukan akan bisa diterima dengan baik oleh peserta didik dan terbekas dalam jiwa dan hati mereka yang pada akhirnya mereka akan mampu menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Tidak ada komentar: